Hadits Hadits Qunut Shubuh
HADITS PERTAMA
Dari Muhammad bin Sirin, bahwa ia berkata, “aku berkata kepada anas
bin malik r.a, “apakah rasulullah saw. qunut pada sholat shubuh? ‘ia
menjawab, ‘ya, sesaat setelah rukuk.” Shahih Muslim ( I:468no.298)
HADITS KEDUA
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin
Yazid, dikatakan Abu Ja’far Ar-Razy, dari Ar-Rab i’ bin Anas berkata :
Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw
berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : beliau saw selalu terus
berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada
shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka
yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti
maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran
atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun
Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw wafat.
Berkata Imam Nawawi : mengenai Qunut subuh, Rasul saw tak
meninggalkannya hingga beliau saw wafat, demikian riwayat shahih dari
anas ra. (Syarah Nawawi ala shahih Muslim) dan hadits tersebut juga dishahihkan an-Nawawi dalam al-Majmu’-nya (III:504).
Ia berkata, ‘Hadits tersebut shahih dan diriwayatkan oleh sejumlah
penghapal hadits, dan mereka menshahihkannya. Diantaranya yang
menshahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin ‘Ali
al-Balkhi, al-Hakim Abu ‘Abdillah dalam beberapa judul kitabnya, dan
al-Baihaqi. Hadits itu diriwayatkan juga oleh ad-Daruquthni dari
berbagai jalan periwayatan dengan sanad yang shahih”
Dan berkata Imam Ibnu Abdul Barr : sungguh telah shahih bahwa Rasul
saw tidak berhenti Qunut subuh hingga wafat, diriwayatkan oleh
Abdurrazaq dan Addaruquthniy dan di shahihkan oleh Imam Alhakim, dan
telah kuat riwayat Abu Hurairah ra bahwa ia membaca Qunut shubuh disaat
Nabi saw masih hidup dan setelah beliau saw wafat,
Dan dikatakan oleh Al Hafidh Al Iraqiy, bahwa yg berpendapat demikian
adalah Khulafa yg empat (Abubakar, Umar, Utsman dan Ali
radhiyallahu’anhum), dan Abu Musa ra, Ibn Abbas ra, dan Al Barra’, dan
lalu diantara para Tabiin : Hasan Al-bashriy, Humaid, Rabi’ bin
khaytsam, Sa’id ibn Musayyab, Thawus, dan banyak lagi, dan diantara para
Imam yg berpegang pada ini adalah Imam Malik dan Imam Syafii,
Walaupun ada juga yg mengatakan bahwa Khulafa Urrasyidin tidak
memperbuatnya, namun kita berpegang pada yg memperbuatnya, karena jika
berbenturan hukum antara yg jelas dilakukan dengan yg tak dilakukan,
maka hendaknya mendahulukan pendapat yg menguatkan melakukannya daripada
pendapat yg menghapusnya. (Syarh Azzarqaniy alal Muwatta Imam Malik).
Sebagian ulama mengkritik hadits ini (Ibnu Hambal dan An-Nasa’I, Abu
Zur’ah, Al-Fallas, Ibnu Hibban) karena bagaimana bisa sanadnya menjadi
shahih sedang rawi yang meriwayatkannya dari Ar-Rab i’ bin Anas adalah
Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar-Razy.
Penjelasan :
Ibnu Hajar Al-Asqalaniy dalam Taqrib-Tahdzib Beliau
berkata : “Shoduqun sayi’ul hifzh khususon ‘anil Mughiroh (Jujur tapi
jelek hafalannya, terlebih lagi riwayatnya dari Mughirah).
Tetapi perlu diketahui disini bahwa Abu ja’far itu jelek hafalannya
dalam meriwayatkan hadits dari mughirah saja, sebagaimana dikatakan oleh
para imam ahli hadits yang menganggap bahwa Abu ja’far itu
tsiqah(terpercaya). Mereka yang menganggapnya tsiqah, seperti yahya bin
Mu’in dan ali bin al-Maldini(1). Hadits ini tidak
diriwayatkan oleh Abu ja’far dari Mughirah. Tetapi ia meriwayatkannya
dari ar-Rabi’ bin Anas, sehingga -disini- haditsnya shahih.
(1). Adalah Abu al-Hasan Ali Ibnu Abdullah Ibnu Ja’far al-Maldiniy al-Bashriy, dilahirkan tahun 161 H dan wafat 234 H.
Berkata Imam Ibnu Hajar AL Asqalaniy : Dan telah membantah sebagian
dari mereka dan berkata : Telah sepakat bahwa Rasul saw membaca Qunut
Subuh, lalu berikhtilaf mereka apakah berkesinambungan atau sementara,
maka dipeganglah pendapat yg disepakati (Qunut subuh), sampai ada
keterangan yg menguatkan ikhtilaf mereka yg menolak (Fathul Baari Bisyarah shahih Bukhari oleh Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy)
HADITS KETIGA
Ada orang yg berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw melakukan qunut satu bulan saja berdasarkan hadits Anas ra, maksudnya:
“Bahwasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk
sambil mendoakan kecelakaan atas beberapa orang Arab kemudian
Rasulullah meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
->:
Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadits yg sahih karena
terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg menjadi
permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu ?
Meninggalkan qunutkah ? Atau meninggalkan berdoa yg mengandung kecelakaan atas orang-orang Arab?
Untuk menjawab permasalahan ini kita perhatikan baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawapan terhadap hadits Anas dan Abi Hurairah r.a dlm
ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan
doa kecelakaan ke atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap
mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut
pada selain subuh. Pentafsiran spt ini mesti dilakukan karena hadits
Anas di dlm ucapannya ‘sentiasa Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga
beliau meninggal dunia’ adalah sahih lagi jelas maka wajiblah
menggabungkan di antara kedua-duanya.”
Al-Hafizh al-Imam Baihaqi meriwayatkan dalam as-sunan al-Kubra (II:201) dari al-Hafizh ‘AbdurRahman bin Madiyyil, bahwasanya beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Rasulullah itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahwa qunut Nabi yg satu
bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan
qunut pada waktu solat subuh.
HADITS KEEMPAT
Al-’Awwan bin hamzah berkata,” aku bertanya kepada Abu ‘Utsman
an-Nahdi tentang qunut. Ia menjawab, ‘setelah rukuk.’ Aku berkata, ‘Dari
siapa engkau mengetahui hal itu?’ Ia menjawab, ‘Dari Abu Bakar dan
Utsman r.a. (HR. Ibnu Abi Syaibah(2)(II:212 Dar al-Fikr)dengan sanad yang shahih).
(2). Adalah Abu Al-Hasan Utsman ibnu Muhammad ibnu Abu Syaibah
al-kuufiy.dilahirkan tahun 156 H dan wafat tahun 239 H. kitab beliau
“Mushannaf Ibnu Abu Syaibah.
HADITS KELIMA
‘Abdullah bin Ma’qil r.a. meriwayatkan, “Dua orang sahabat Rasulullah
saw. yang biasa qunut dalam shalat shubuh adalah ‘Ali r.a. dan Abu Musa
r.a (HR.Ibnu Abi Syaibah(II:211 Dar al-Fikr).dengan sanad yang shahih).
HADITS KEENAM
Abu Utsman an-Nahdi(3)Meriwayatkan,” Umar bin al-Khattab
r.a qunut dengan kami setelah rukuk dan mengangkat kedua tangannya
sampai keliatan ketiaknya, dan suaranya pun terdengar dari belakang
masjid.(HR.Ibnu Syaibah(II:215 Dar al-Fikr) dengan sanad yang Hasan.
(3). Abu Utsman an-Nahdi adalah seorang imam hadits yang tsiqah
tsabit termasuk orang yang haditsnya diriwayatkan oleh imam yang enam.
Juga diriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdi r.a bahwa, “Umar r.a mengangkat kedua tangannya pada qunut shubuh.
HADITS KETUJUH
Abu Hurairah r.a juga meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. suka qunut
setelah bangkit dari rukuk rakaat kedua shalat shubuh.(HR. Muhammad bin
Nashr al-Marwazi dalam Mukhtashar Qiyam al-Lail (hal.137) dengan sanad
yang shahih.
HADITS KEDELAPAN
Abu Raja’ al-’Atharidi berkata, “Abdullah bin Abbas r.a qunut pada
shalat shubuh dengan kami di Bashrah”.(HR.Ibnu Syaibah dalam
al-Mushannaf(II:211) dan sanadnya shahih seperti terangnya matahari.
HADITS KESEMBILAN
Ibnu Abi Laila r.a(4) Berkata, “Qunut dalam shalat shubuh merupakan tradisi yang turun-temurun (sunnah madhiyah). (HR. Ibnu Abi Syaibah (II:211) dengan sanad yang shahih.
(4). Nama lengkap Ibnu Abi Laila adalah Imam ‘Abdurrahman bin Abi
Laila al-Anshari al-Madani al-Kufi, seorang tsiqah dan faqih termasuk
periwayat hadits dalam kitab yang enam. Ia dilahirkan pada masa khalifah
Abu Bakar ash-Shiddiq atau sebelumnya. Ia belajar membaca alquran
kepada khalifah ‘Ali bin Abu thalib r.a dan bersahabat dengannya. Ia
wafat pada peristiwa al-jamajim.
“HADITS DOA QUNUT SHUBUH”
HADITS PERTAMA
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw. Bila bangun
dari ruku dalam shalat shubuh pada rakaat yang kedua beliau mengangkat
kedua tangannya dan membaca doa qunut “Allaahummahdinii fiiman hadaiit…………”
HR. Hakim dan berkata: “Hadits shahih dan ditambahkan dalam hadits tersebut lanjutan doa ” Falakal hamdu ‘alaa maa qadlait…..” HR. Baihaqiy dari ibnu Abbas (Subulus salam Juz I /188) Dan Imam al-Baihaqiy dan Thabaraniy menambahkan: ” Walaa yaizzu man ‘Adait “.(Subulus salam I /186).
HADITS KEDUA
Dari Muhammad Ibnu al-Hanafiyah Ibnu Ali Ibnu Abu Thalib ra. Ia berkata : Bahwa doa ini (Allaahummahdinii…..)
adalah doa yang diajarkan ayahku kepadaku untuk dibaca pada shalat
shubuh yaitu pada qunut shalat shubuh”. HR. Baihaqiy (Sunan Baihaqiy
juz II/210).
HADITS KETIGA
Dari Ibnu Abbas r.a Ia berkata : Bahwa Rasulullah saw. mengajarkan kepadanya doa ini (Allaahummahdinii….) yang dibaca dalam qunut shubuh”. HR. Baihaqiy (Sunan Baihaqiy Juz II /210).
HADITS KEEMPAT
Abu Rafi’ Nafi’ bin Rafi’ ash-Sha’igh Meriwayatkan: ” Aku shalat
shubuh dibelakang ‘Umar bin al-Khattab r.a setelah rukuk, ia qunut. Aku
mendengar ia membaca:
” Allaahumma innaa nastaii’nuka wanastag’firuka wanusynii a’laika
walaanakfuruka wanu’minubika wanakhlau’ wanatruka mayyafjuruka,
Allaahumma iyyaakana’budu walaka nushollii wanasjudu wailaika nas a’
wanahfadu wanarjuu rohmataka wanakhofu a’dzaabaka inna a’dzaabaka
bilkuffaa rimulhaqq ………………”
HR. ‘Abdurrazaq(5) dalam al-Mushannaf (III:210 no.4968) dengan sanad yang shahih mengikuti syarat Imam Muslim dan diriwayatkan pula oleh yang lain.
Imam ‘Abdurrazzaq r.a mengatakan, ” Ketika aku menjadi Imam, aku membaca doa qunut ini, kemudian membaca : “Allaahummahdinii fiiman hadaiit …….”
(5). Adalah Abu Bakar Abdur Razzaq Ibnu Hammam Ibnu Nafi’
al-Himyari Ash-Shan’aniy. Dilahirkan pada tahun 126 H. wafat Tahun 211
H. Kitab beliau dikenal dengan sebutan “Mushannaf Abdurrazzaq”.
Doa qunut serupa ini juga yang dipilih Imam Malik ibnu Anas(93-179H) berdasarkan riwayat dari Ubayy bin Ka’b (lihat An-nawawi, Al-Majmu’ III/436).
“Jawaban atas hadits Sa’ad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’I”
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada
bapakku, wahai bapak ! sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang
Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah
selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?.
Dijawab oleh bapaknya: “Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmidzy no.402
->:
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan
karena hadits2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidin yg melakukan qunut
sangat banyak dan ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu
Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh karena beribu-ribu orang telah melihat Nabi
melakukan qunut, begitu pula sahabat Rasulullah. Manakala hanya Thariq
seorang saja yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dlm kasus ini berlakulah kaedah usul fiqih yaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawaban Imam Nawawi didalam Al-Majmu’ jilid.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawapan kita terhadap hadits Saad bin Thariq adalah bahwa
riwayat orang-orangyang menetapkan qunut terdapat pada mereka itu
tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh itu wajiblah
mendahulukan mereka”
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi
juga memberikan komentar yg sama terhadap hadith Saad bin Thariq itu.
Beliau mengatakan:”Telah sah dan tetap bahwa Nabi Muhammad saw melakukan
qunut dalam shalat subuh, telah tetap pula bahwa Nabi ada qunut sebelum
rukuk atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahwa Nabi ada melakukan
qunut nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta
Umar bin khattab r.a mengatakan bahwa qunut itu sunnah,telah pula
diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu dengar dan jgn pula
ambil perhatian terhadap ucapan yg lain daripada itu.”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan bahwa Saad bin Thariq itu jangan diikuti haditsnya dlm masalah qunut.(Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122)
Untuk mendalami masalah qunut shubuh dapat dibaca pada kitab:
Al-Badai I/273. A-Lubab 1/78. Fathu al-Qadir I/309. Ad-Durru
al-Muhtar I/626-628. Al-Syarhu al-Shaghir I/331. Al-Syarhu al-Kabir
I/248. Al-Qawanin al-Fiqhiyyah hal.61. Mughniy al-Muhtaj I/166.
Al-Majmuk II/474-490. Al-Muhadzab I/81. Hasyiyah al-Bajuriy I/168.
Al-Fiqh al-Islamiy wa-adillatuhu I/809-814.
Dan untuk lebih lengkapnya dan serinci-rincinya silahkan
merujuk kepada karangan Hasan bin ‘ali As-saqqaf yang diberi judul
“al-Qaul al-Mabtut fi Shihhati Hadits Shalah ash-Shubh bi al-Qunut”.
Untuk mendapatkannya/membelinya silahkan anda menulis kealamat dibawah
ini :
DAR AL-IMAM AN-NAWAWI HOUSE POSTBUS 925393 AMMAN YORDANIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar